1.06.2014

Hanya Aku dan Sajakku, Engkau sekedar boleh tau

Sebuah cerita yang mungkin kamu nikmati

Break



Yang paling ditakutkan saat ini
bukanlah bagaimana kalau aku jauh darimu
Melainkan bagaimana jika
ada lelaki lain yang datang untuk melamarku
Apa yang harus ku katakan,
"Maaf aku sudah bersamanya"
Bagaimana jika ia bertanya
apa yang membuatku terus bersamamu?
Aku harus menjawab,
"Mungkin karena cinta"
Meskipun hatiku yang kemudian bertanya,
"Karena cinta atau butuh?"
Maka aku pun berdiam dan aku bertanya
"Butuhkah jarak sebenarnya diantara kita?
karna kecocokan ini mungkin bersifat fana
dan kita lihat seperti apakah bentuk cinta kita?"


Aku tidak pernah mengerti tentang dirimu, atau mungkin aku yang tidak memahami sifat diriku. Aku yang selalu merasa benar dan aku yang bersifat keras kepala. Tapi aku yakin semua ini berawal dari kesalahan dirimu yang bagimu itu hanyalah balas tindakan dari diriku. Ya, entah bagaimanapun bagiku kamu tidak benar, dan malam ini aku putuskan untuk mengatakannya padamu. Hari ini, ya malam ini, tepat pukul 19.00 aku menunggumu datang, aku memintamu menjemputku. Meskipun kemarin dan lusa lalu kita sudah bertemu namun aku ingin malam ini kamu datang kembali. Aku ingat kamu berkata, "kan kemarin udah ketemu, mau ketemu lagi? udah kangen ya?" dan yang terdengar hanya tawa ejekmu padaku. Tentu saja aku tidak membalas pertanyaanmu dan lagi aku hanya memberimu perintah "cepetan kesini!". Ya! Sebuah perintah, katamu aku suka sekali memerintahmu, aku ingat kamu pernah berkata, "duh! kamu ini, serasa aku adalah rakyatmu dan kamu adalah presidenku, semuanya memerintah, ambilkan ini, cepat kesini, potongkan ini, semuanya perintah.". Sesungguhnya aku cukup sakit hati kamu berkata begitu, aku memang keras kepala dan manja, tapi tetap saja kamu yang tidak benar.
Kamu pun tiba dengan vespa merahmu, ya vespa merahmu yang dibelikan orangtuamu dari sebagian uang yang tersisa dari menjual motormu yang lama, ya, nostalgia lama. Kamu tersenyum memandangku dan berkata "Mau kemana tuan putri?", aku masih terdiam dan hanya duduk dibelakang punggungmu. Punggungmu yang entah mengapa selalu membuatku tenang jika melihatnya. Kamu tidak tinggi, tidak pendek, tidak kurus, tidak gendut namun punggungmu selalu terlihat proporsional. Seperti tameng yang dipegang gladiator, kokoh dan aku suka.
Aku kembali lagi dihantui rasa bimbang, antara mengalahkan egoku atau egomu, Ya! aku katakan kamu juga berego dalam kasus ini. Aku memang sudah memutuskan malam ini akan ku katakan meskipun aku bimbang. Aku teringat, pernah aku bertanya padamu, "Menurutmu, bagaimana jika sebuah hubungan diputuskan untuk menjalani break?" kamu pun menjawab, "break? istirahat? memangnya hubungannya sedang sakit butuh istirahat? seperti waktu sekolah saja yang dberikan senggang istirahat dari kepenatan belajar. Biarkan saja hubungan berjalan apa adanya, kadang senang, kadang bertengkar, kadang makan pizza, kadang makan warteg, ya kalau memang harus dipertahankan tidak butuh istirahat. Toh, selama mimpimu dan mimpiku berjalan dengan semestinya, hubungan tidak mengganggu apapun.". Yah, seakan kamu membaca pikiranku. Memang semua mimpi kita berjalan semestinya, aku yang berusaha menjadi wanita karir dengan segala pekerjaan yang melibatkan seni seperti yang aku terima semasa kuliah dan kamu yang meniti karir dalam dunia periklanan seperti yang kamu jalani dimasa kuliah. Kamu yang selalu mendukung aku untuk menjadi independent women, meskipun aku sesungguhnya tetap butuh lelaki sepertimu. Yah, dan aku pun masih bimbang dibelakang punggungmu.
"Kita mau kemana ini?" kamu memecah lamunanku dan aku masih terdiam, aku sendiri tidak dapat memutuskan kita hendak kemana. "Aku lapar, kamu udah makan? kita makan aja yuk?" katamu mengakhiri pendapat. "Aku ingin eskrim, kita ketempat biasanya." aku memerintahmu. Dan akhirnya pun vespamu dan punggungmu melaju menuju restoran fast food terdekat dari tempatku.
Ya, kita selalu menjalin kenangan diberbagai sudut tempat makan. Kita tidak seperti mereka yang berani mengumbar tawa dan perbincangan ditaman-taman kota, karena kita jarang berbicara. Kita bukan mereka yang bergandengan tangan menyusuri mal-mal kota sembari mengumbar satu atau dua rayuan, karena kita jarang merayu. Waktu kita lebih banyak digunakan untuk makan, untuk menyusuri pemikiran satu sama lain, dan untuk menghapus kepenatan hari. Ya! aku dan kamu, kita, makan, berfikir, dan bersenang-senang, bermain game, membaca buku, menulis, menggambar dan eskrim. Itu semua yang kuingat tentang kamu. Jika mereka bertanya kemanakah mereka akan menghabiskan malam minggu, kamu hanya bertanya kita akan makan apa hari ini. Bukan karena hobi makan, bukan, melainkan karena itu yang mempertemukan kita.
"Turun, kita sudah sampai" kamu yang sudah tidak sabar untuk segera makan memecah kembali lamunanku. Yah, aku banyak melamun malam ini. Mungkin karena kebimbangan ini. Kita memesan yang kita inginkan dan segera duduk disalah satu meja yang disediakan oleh pihak restoran. "Kamu yakin cuma makan eskrim? mendingan kamu makan nasi dulu baru makan eskrim" kamu mencoba memberikan saran kepadaku. Aku memang lapar, sungguh lapar, tapi aku yakin eskrim ini dapat mendinginkan otakku yang mulai semakin panas karena kebimbangan ini. Seakan kamu memahamiku, kamu pun mengatakan "meskipun eskrim itu bisa mendinginkan otak, kalau perut kosong yang ada malah kembung dan jadi penyakit.". Perkataanmu itu entah didasari karena kamu memahami kondisi ini atau hanya karena kamu hafal dengan penyakitku. Lagi-lagi aku tak ingin mengatakan kamu benar.
Entah karena terlalu banyak memikirkannya atau terlalu takut pada hasil akhirnya. Ya mungkin sejujurnya aku takut. Aku takut pada kenyataan yang akan terjadi selanjutnya sebagai akibat dari tindakanku ini. Tapi aku yakin ini semua harus diakhiri. Aku tau mungkin ini akan diakhiri dengan pertengkaran kita, meskipun aku tau kamu jarang sekali marah padaku, Ya! kamu selalu mengalah padaku. Atau mungkin akan diakhiri dengan adanya seseorang lain yang akan membawamu pergi dan aku hanya berdiam di sini, tidak kemana-mana, hanya melihat punggungmu yang menjauh dariku. Tidak! sebenarnya tidak ingin berakhir, aku tidak tau adakah lelaki lain yang dapat mengalah sepertimu. Ya! kadang aku suka berkhayal bagaimana jika lelaki lain secara acak datang padaku dan tanpa basa-basi langsung menghantarku pada peraduannya. Tidak! bukan berharap begitu, bukan berharap kita tidak berakhir bersama meskipun kata akhir ini dianganku dan kamu masih begitu jauh. Ya! kita masih senang menjelajah, kita masih senang hidup sendiri-sendiri meskipun kita tau kita saling membutuhkan.
"Bagaimana kalau kita break?" kataku dengan lirih tepat setelah kamu menelan semua makananmu. Kamu menatapku heran, diam dan, "break? apa kita sedang dalam pertempuran sehingga kamu meminta waktu istirahat?" jawabmu acuh. "Jika memang kamu tidak ingin teruskan hubungan ini maka akhirilah, jika ingin teruskan hubungan ini maka katakanlah bagaimana yang benar." Kamu mengakhiri pembicaraan ini seolah semua tinggal bagaimana aku mengambil keputusan. "Jika memang yang dibutuhkan jarak, mungkin besuk jangan bertemu, jika yang dibutuhkan waktu, kamu selalu punya waktu untukmu sendiri disemua kesibukanmu, tanpa aku." Dan sekali lagi kamu membuatku berfikir apa keinginanku yang sebenarnya.
Aku memang punya waktuku sendiri-yang tanpamu, hanya waktu makan yang mempertemukan kita, aku dalam ruang hidupku sendiri dan kamu dalam ruang hidupmu sendiri. "Mungkin karena kita terlalu cocok" aku mencoba untuk beradu argumen. Ya meskipun sebenarnya aku kurang tau apa yang membuat kita cocok, hanya karena kita lebih senang menjelajahi restoran bersama-sama. Kamu pun hanya tersenyum seakan yakin bahwa itu bukan jawaban yang sebenarnya. "Mungkin karena tidak cocok" dan aku pun menjadi ragu dengan jawabanku.
"Mungkin kamu butuh perspektif yang lain untuk memandang kita, kita yang sudah 5 tahun ini tidak butuh break, kita butuh cara yang lain untuk mengakhiri ini, mungkin sebuah pernikahan.". Dan kamu pun beranjak dari kursi untuk memesankan satu paket nasi untuk ku makan.


~fin


^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar